Situs SOKOLIMAN
Situs Sokoliman berada di Dusun
Sokoliman, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul.
Secara geografis terletak kira-kira pada posisi 07deg 55,1269min Lintang
Selatan dan 110deg 39,3269 Bujur Timur. Penanda secara fisik kurang
lebih berada ujung sebelah barat dari rumah-rumah penduduk Dusun
Sokoliman sebelum perladangan dan hutan kayu putih. Tepatnya di sebelah
barat poros jalan kabupaten yang menghubungkan Dusun Sokoliman dengan
Desa Jatiayu dan Dusun Sokoliman dengan Dusun Gelaran. Di sebelah
selatan situs ini membentang Kali Oya yang membuat lumayan subur area yang dilaluinya. Hulu DAS
(daerah aliran sungai) Kali Oya adalah wilayah Kecamatan Semin yang
berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri. Kali Oya sendiri merupakan sungai
terpanjang di Kabupaten Gunungkidul, yang muaranya bertemu dengan Kali
Opak di sekitar daerah Kretek Parangtritis Bantul.
Situs Sokoliman ini menurut catatan Balai
Arkeologi Yogyakarta termasuk salah satu Cagar Budaya Situs Megalitikum
yang sporadis tersebar di kawasan Gunungkidul. Benar memang, wujud
fisik situs ini hanyalah berupa kumpulan batu-batu yang saat ini sudah
tertata rapi dan diberi kode identifikasi di atas tanah yang sudah
diratakan dan diberi batas dengan concrete-blok.
Terdapat beberapa blok untuk meletakkan batuan di area situs ini. Ada 4
blok terpisah, membujur selatan-utara di sebelah kanan pintu masuk, dan
membujur timur barat dan utara selatan di sebelah baratnya. Untuk blok
di sebelah kiri pintu masuk terdapat batuan serupa papan berdiri yang
diapit oleh batuan bulat panjang di masing-masing sisinya. Kode-kode
identifikasi, seperti: A01, A02, D24, D25, dan seterusnya tampaknya
merupakan kode penelitian arkeologis yang telah dilakukan. Sayangnya di
lokasi situs ini tidak tersedia informasi apa arti kode-kode tersebut.
Batu Kubur Jaman Prasejarah?
Menurut informasi dari beberapa sumber dan sebagaimana ditulis oleh Ramanda Primawan dalam http://www.diabicara.co.cc,
penelitian arkeologis di beberapa situs megalitikum di kawasan
Gunungkidul sudah dimulai sejak jaman kolonial Belanda. Tercatat ada
arkeolog Belanda bernama JL Moens yang melakukan riset pada tahun 1934
dan dilanjutkan oleh van Der
Hoop pada tahun selanjutnya. Informasi terakhir, Balai Arkeologi
Yogyakarta dan Departemen Arkeologi Fakultas Sastra dan Budaya UGM juga
pernah melakukan penelitian lanjutan di Situs Arkeologis Kawasan
Sokoliman dan Kawasan Gunungbang (sekitar 3 km di selatan situs ini).
Di Gunungkidul, sebaran situs megalitikum
memang mencakup beberapa lokasi yang tampaknya berpola tidak jauh-jauh
berada di sepanjang aliran Kali Oya. Tercatat beberapa situs seperti di
Gondang, Sokoliman, Gunungbang, Kajar, Wonobuda, dan Bleberan. Diluar
DAS Oya memang terdapat pula situs megalitikum, seperti di Goa Braholo
di daerah selatan Gunungkidul. Hasil riset yang dilakukan tahun 1934
tersebut menunjukkan bahwa situs-situs megalitikum termasuk Situs
Sokoliman ini teridentifikasi sebagai kompleks kubur peti batu. Pada
kubur peti batu di Kajar ditemukan 35 individu bertumpukan pada
kedalaman 80cm dengan bekal kubur beberapa alat dari besi berupa arit.
Temuan lain berupa cincin perunggu dan sebuah mangkok terakota
(gerabah). Pada salah satu rangka malah ditemukan sebilah pedang besi
yang telah patah yang dipegang tangan kiri, sementara pada pedang itu
sendiri melekat bekas-bekas tenunan yang kasar. Kubur peti batu yang
ditemukan di Bleberan berisi 3 individu yang bertumpukan dalam posisi
telentang dengan kepala di sebelah utara. Tiga buah benda besi terletak
di atas dada rangka yang paling atas, cincin tembaga, pisau besi, dan
beberapa manik tersebar di antara rangka itu.
Hasil ekskavasi van Der Hoop pada tahun 1935 di daerah Kajar, Sokoliman, Gunung
Abang, Bleberan, Wonobudo, dan Gunung Gondang ditemukan peti kubur batu
berisi beberapa individu yang dikubur dalam posisi lurus. Bersama
kerangka manusia itu, juga ditemukan pula benda-benda dari ebsi dan
fragmen perunggu, manik-manik, serta benda-benda dari gerabah.
Penelitian arkeologi lanjutan pada tahun 1985 dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta
terhadap peti kubur batu di Sokoliman ini. Dari penelitian tersebut
digali 3 kubur peti batu yang berkode D22A, D22B, dan D24B yang
dipandang paling baik meskipun seluruh kubur tersebut terdiri atas
pecahan gerabah (kereweng), tulang manusia, tulang hewan, fragmen logam,
manik-manik, dan arang. Hasil analisis lanjut terhadap fagmen tulang
manusia, diketahui bahwa dari kubur D22A terdapat individu dan dari D22B
diketahui terdapat 5 individu, sedangkan dari D22B tidak dapat
teridentifikasi karena pecahannya sangat kecil. Dari hasil analisis
tulang hewan diketahui terdapat 3 jenis hewan, yaitu: babi, banteng, dan
rusa.
Situs Sokoliman dalam Konteks Kekinian
Keberadaan Situs Megalitikum Sokoliman
(dan juga Gunung Abang) di Desa Bejiharjo, dan juga situs-situs lainnya
di Gunung Gondang, Kajar, Wonobuda, Bleberan, dan daerah-daerah lainnya
di Gunungkidul ini setidaknya memberikan indikasi bahwa hunian manusia
di kawasan Gunungkidul memang sudah ada sebelum dimulainya budaya tulis
yang dikenal sebagai jaman sejarah.Karena itu, tesis
yang mengatakan bahwa orang-orang Gunungkidul adalah sepenuhnya para
pelarian dari Majapahit atau kerajaan-kerajaan setelahnya tampaknya
perlu dicermati kebenarannya. Hal ini juga menunjukkan bahwa percampuran
yang terjadi dalam sebuah komunitas masyarakat adalah sebuah
keniscayaan yang terjadi sejak jaman dahulu.
Situs-situs megalitikum pada umumnya
terletak di sepanjang DAS Kali Oya. Situs lainnya yang bukan di DAS Kali
Oya juga berpola dekat dengan sumber-sumber air
di wilayah-wilayah lokal. Sebagaimana umumnya di belahan benua lainnya,
awal mula dan perkembangan peradaban senantiasa tidak jauh dari sungai dan air.
Ingat kisah peradaban bangsa Mesopotamia terjadi di sepanjang Sungai
Eufrat dan Tigris, peradaban Mesir bermula di Sungai Nil,
peristiwa-peristiwa penting bangsa Ibrani juga terjadi di seputar Sungai
Yordan dan Danau Galilea, Pajajaran di Kali Cisadane, Kutai Kartanegara
di Sungai Mahakam, Mataram-Kotagede-Plered di Sungai Opak dan Gajah
Wong, dan lain-lainnya. Bagi kawasan kering Gunungkidul, Kali Oya sampai
saat ini memang merupakan sumber air permukaan yang mampu memberikan
kesuburan bagi daerah-daerah yang dilaluinya.
Sokoliman adalah salah satu dusun di Desa Bejiharjo. Menurut cerita
tutur pada orang tua, nama Sokoliman berasal dari kata Soka-lima, yang
dalam epos Mahabarata merupakan tempat pertapaan Resi Drona, sang
mahaguru bagi para keluarga besar Barata (baik Pandawa maupun Korawa).
Benar atau tidak cerita ini belum diketahui secara pasti. Namun penamaan
daerah yang mirip sebagaimana cerita-cerita dalam epos besar, nampaknya
merupakan gejala perkuatan-diri (self-reinforcement)
dalam sebuah komunitas guna mempertahankan jatidiri dan memperkuat
posisi di tengah tantangan dan kesulitan kehidupan yang dihadapi pada
jamannya.
Sokoliman saat ini memang tetaplah menjadi dusun asri dengan pertanian ladang sebagai kultur
pokok masyarakatnya. Sokoliman juga berada di tengah hutan jati rakyat
di kebun dan ladang rakyat, serta sebagian besar merupakan hutan
produksi kayu putih (di bawah KPH Gelaran). Jarak antara Sokoliman dan
Wonosari ibukota Gunungkidul lumayan jauh sekitar 12km, namun akses
jalan ke sana lumayan mulus, hamparan beton
aspal hotmix sudah sampai di Dusun Banyubening, selebihnya merupakan
aspal penetrasi makadam sampai Dusun Sokoliman dengan kondisi cukup
mantap.
Di seputar Sokoliman sebenarnya juga terdapat tempat-tempat menarik
lainnya, di beberapa belik/kali terdapat arca batu putih/kapur yang
coraknya menyerupai arca jaman peradaban Siwa-Budha, seperti di Kali
Banyubening, Kali Beji dan Kali Mudal. Sampai saat ini, masyarakat di
sana setiap tahun sehabis masa panen juga menggelar ritual bersih dusun
atau bersih kali. Selain itu, juga tersimpan Wayang Beber di salah satu
warga di Dusun Gelaran. Konon wayang beber itu tinggal ada dua versi.
Versi pertama ada di Dusun Gelaran ini, sedangkan satunya lagi tersimpan
di Pacitan Jawa Timur.
catatan oleh :
Komentar
Posting Komentar